Seberapa sering si kecil bermain gadget, Bu? Di era digital ini, anak dan gadget seperti tidak bisa dipisahkan. Bahkan sebagian orang tua menganggap anak yang bisa bermain dengan gadget adalah anak cerdas. Cobalah lihat sekeliling. Ketika di restoran misalnya, kita sering menyaksikan orang tua dan anaknya yang asyik dengan gadgetnya masing-masing, atau orang tua yang sengaja memberikan gadget untuk membuat si anak main sendiri.
Banyak hal yang dapat dilakukan si kecil dengan gadgetnya, mulai dari bermain games hingga berlama-lama di media sosial. Di satu sisi, hal ini membanggakan karena bisa membentuk anak cerdas karena anak menjadi lebih melek teknologi, serta mudah menyesuaikan diri dengan hal yang dahulu dianggap rumit. Namun di sisi lain, hal ini berarti teknologi telah mengambil alih gaya hidup masa kini dan punya potensi merusak yang lebih tinggi saat disalahgunakan. Hal ini tentu saja tidak bagus untuk pendidikan anak ya, Bu.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kaiser Family Foundation menemukan, bahwa anak-anak yang duduk di bangku sekolah menghabiskan sekitar 7 ½ jam per hari di depan televisi, komputer, smartphone atau gadget canggih lainnya. Angkanya semakin bertambah seiring dengan perkembangan zaman. Bahkan, anak berusia 2 tahun pun sanggup belajar membaca dengan sering melakukan browsing.
Mungkin Ibu adalah salah satu dari sekian banyak orang tua yang merasa terselamatkan dengan adanya gadget. Pasalnya, anak dapat bermain tanpa menimbulkan tempat berantakan yang membuat orang tua repot untuk membersihkan. Selain itu, berbagai aplikasi yang sifatnya edukatif juga telah tersedia sehingga anak masih dapat belajar. Bermain dengan gadget juga dianggap sangat membantu meningkatkan kecerdasan anak.
Di lain sisi, terdapat studi yang membuktikan bahwa terlalu banyak menggunakan gadget pada anak-anak dapat menyebabkan si anak mengalami kesulitan berkonsentrasi saat belajar di sekolah. Selain itu anak pun akan mengalami obesitas, karena begitu asyiknya dengan gadget, dia lupa untuk bergerak dan bermain, sehingga lemak pun menumpuk di tubuhnya. Anak yang adiktif dengan gadget juga bisa membuat perkembangan anak jadi terganggu karena anak jadi kurang berinteraksi di dunia nyata. Dengan ini, kecerdasan linguistik dan kecerdasan interpersonal anak juga tidak bisa berkembang secara optimal. Apa itu kecerdasan linguistik? Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif. Karena terlalu konsentrasi pada gadgetnya, anak jadi malas berbicara dengan orang lain. Bila dibiarkan, kemampuan anak untuk berbicara pun jadi terganggu.
Sedangkan kecerdasan interpersonal adalah kemampuan yang berhubungan dengan kepekaan dan empati terhadap perasaan orang lain. Sehingga anak jadi tidak peka terhadap lingkungan di sekitar. Kecerdasan linguistik dan kecerdasan interpersonal merupakan bagian dari kecerdasan majemuk, yang diperkenalkan oleh Howard Gardner dalam bukunya Frame or Mind: The Theory of Multiple Intelligence.
Selain itu, imajinasi anak jadi terbatas, dan kemampuan akademiknya juga jadi rendah. Yang lebih ditakutkan adalah sikap anak yang cenderung agresif, apalagi jika anak sering main games yang berisi kekerasan, kata dr. Aria Wibowo dari meetdoctor.com.
Meski demikian, menjauhkan anak dari gadget juga bukan keputusan bijak lo, Bu. Meski sudah berusaha membatasi waktu yang dihabiskan oleh anak bermain gadget, namun dampaknya, baik positif maupun negatif, tetap hadir. Ibu perlu menyiasati cara agar lebih banyak dampak positif yang diterima oleh anak dengan penggunaan gadget dibandingkan dengan dampak negatifnya. Beberapa cara ini bisa Ibu lakukan agar gadget bisa meningkatkan kecerdasan anak, ya Bu:
- Ibu dapat memperbanyak tayangan dan aplikasi yang sifatnya mendidik, atau yang jika dimainkan atau disaksikan akan memicu anak untuk aktif terlibat. Ibu dapat berperan dalam mengunduh aplikasi yang mengajak anak berpikir, serta memecahkan masalah, bukan hanya hiburan semata. Efek pembelajaran yang ditimbulkan oleh aplikasi dan tayangan edukatif, dengan pembelajaran melalui buku sebenarnya sama, ungkap dr. Ellen Wartella, Ph.D., Profesor Komunikasi dan Psikologi dari Northwestern University di Evanston, Illinois, US. Dengan demikian, anak juga mengalami perkembangan kognitif, bahkan terpacu untuk lebih banyak membaca serta mendapatkan nilai yang bagus di sekolah lo, Bu.
- Selain itu, Ibu juga dapat menjadikan gadget sebagai alat pembelajaran yang asyik dan interaktif, ya. Salah satu caranya adalah dengan menanyakan pertanyaan yang memicu daya imajinasi anak saat ia sedang melihat video atau bermain di gadget.
- Pada anak-anak usia pra-sekolah, penting bagi Ibu untuk melindungi anak dari gambar-gambar yang mengandung konten seksual atau kekerasan, karena anak-anak yang lebih muda, masih sulit membedakan kenyataan dan fantasi. Hati-hati ya, Bu, anak-anak yang melihat konten yang tidak sesuai usia sangat mungkin meniru apa yang dilihatnya.
- Ibu juga harus memberi edukasi dan mendampingi anak secara langsung dengan menjelaskan mengenai hal-hal yang anak lihat di internet, dan mengenai berbagai iklan yang muncul di situs yang dibuka anak. Ajari sisi positif internet yang memungkinkan anak menambah wawasan dan mencari jawaban dari pertanyaan ilmiah yang ingin diketahuinya.
- Berikan batasan penggunaan gadget yang jelas pada anak, sejak dini ya, Bu. Dengan demikian, anak tahu kapan dirinya boleh menggunakan gadget dan kapan waktunya harus dihabiskan untuk beraktivitas di luar rumah, bersama keluarga maupun teman serta waktunya untuk mengerjakan tugas. Bagi anak-anak 30 menit waktu bermain internet sebanyak dua kali dalam sehari sudah sangat banyak. Selain itu, di sela-sela kesibukannya bermain gadget, ibu juga memberi selingan dengan kegiatan yang menyehatkan seperti stretching ringan untuk menjaga kesehatan anak.
- Anak adalah peniru ulung kan, Bu? Jadilah contoh nyata bagi anak, ya. Matikan televisi, letakkan gadget, hindari membawa gadget saat sedang berkumpul dengan keluarga dan lainnya.
- Sediakan ruangan di rumah di mana tidak ada komputer atau sambungan internet bagi anak untuk belajar atau membaca buku, bahkan bermain di dalamnya dengan permainan yang tidak memerlukan koneksi internet.
Selamat mencoba ya, Bu!
Ditinjau oleh: dr. Aria Wibowo, dokter umum (tim Meet Doctor)