Si kecil suka menggambar? Suka menyanyi? Atau mungkin senang matematika?
Apapun bakat si kecil penting ya, bagi Ibu untuk mengenali bakatnya dan kemudian mengembangkannya. Setiap orang memiliki bakat yang berbeda-beda meskipun dalam satu keluarga. Bahkan, banyak orangtua yang telah menurunkan bakatnya kepada si kecil. Akan tetapi, bukan berarti bakat tersebut dapat berkembang tanpa adanya latihan.
Sebenarnya, apa itu bakat? Bakat adalah suatu bentuk kemampuan khusus yang ada pada diri seseorang dan dapat terus dikembangkan secara maksimal. Akan tetapi, bakat bukanlah sesuatu yang nyata sehingga harus terus digali dan dilatih agar dapat terus berkembang dan tidak hilang dengan sendirinya.
Namun, tidak semua Ibu mengetahui bakat si kecil. Banyak ibu yang kesulitan mengetahui bakat si kecil. Padahal bakat tersebut seringkali muncul secara spontan dalam perilaku keseharian si kecil lo, Bu. Ibu hanya perlu memberikan perhatian khusus dan mengamati tingkah laku keseharian si kecil sedari dini. Dukungan orang tua merupakan faktor yang sangat penting dalam membantu anak mengenali dan mengembangkan bakatnya, kata dr. Rahajeng A.P dari meetdoctor.com.
Ibu dapat membantu si kecil agar lebih percaya diri untuk menunjukkan bakatnya, ya. Pemerhati Anak, Seto Mulyadi mengatakan bahwa faktor genetik atau keturunan, lingkungan dan dukungan orangtua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap bakat anak.
Bakat si kecil dapat terlihat dari apa yang ia sukai. Jika si kecil senang bermain dengan pensil warna dan buku gambar, Ibu dapat terus mengikuti perkembangan si kecil dan memberikan fasilitas yaitu dengan memberikan buku gambar dan pensil warna. Jika kemampuan si kecil terus berkembang, itu berarti ia memiliki bakat dibidang seni lukis dan Ibu dapat mendaftarkannya si kecil untuk les menggambar. Pastikan agar bakatnya dapat tersalurkan dengan tepat ya, Bu.
Jangan pernah memaksakan si kecil untuk melakukan sesuatu yang tidak ia sukai, Bu. Dengan melakukannya, si kecil akan merasa tertekan dan dapat memberontak. Bakat utamanya juga dapat hilang. Sayang kan, Bu, jika hal tersebut terjadi?
Selain bakat, kecerdasan anak juga sebenarnya sudah ada sejak ia lahir. Sayangnya, seringkali si kecil malas untuk belajar sehingga kecerdasan yang ia miliki tidak diasah dengan baik. Selain itu, kecerdasan anak juga dapat dilihat sebagai bakat yang memungkinkan si kecil dapat menguasai kemampuan tertentu.
Menurut Steven Gould dari Harvard, kecerdasan adalah kapasitas mental umum yang meliputi kemampuan untuk memberikan alasan, membuat rencana, memecahkan masalah, berpikir abstrak, mengadapi ide yang kompleks, dan belajar dari pengalaman.
Terdapat beberapa jenis kecerdasan atau yang biasa disebut kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences) menurut Howard Gardner dari Universitas Harvard. Kecerdasan ini dapat dikembangkan sejak kecil. Apa saja kecerdasan tersebut?
- Kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata.
- Kecerdasan logika-matematika adalah kecerdasaan dalam angka dan logika.
- Kecerdasan gerak tubuh saat si kecil dapat mengendalikan gerak tubuh atau tidak bisa diam.
- Kecerdasan musikal saat si kecil memiliki kemampuan untuk menciptakan musik, irama dan melodi.
- Kecerdasan visual-spasial saat si kecil mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi.
- Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain.
- Kecerdasan intrapersonal adalah ketika si kecil dapat mengendalikan diri sendiri, termasuk perasaan dan emosi.
- Kecerdasan naturalis adalah si kecil memiliki daya tarik yang besar terhadap alam.
Agar kecerdasan anak dapat berkembang dengan baik, Ibu dapat terus memberikannya stimulasi dan mendampingi si kecil terus menerus.
Untuk mengetahui kecerdasan anak, Ibu dapat melakukan tes IQ (Intelligence Quotient). Selain IQ, terdapat juga kecerdasan emosional (Emotional Quotient/EQ) yang tak kalah pentingnya.
Namun, jangan hanya berpatokan pada tes IQ ya, Bu. Howard Gardner dari Harvard School of Education and Harvard Project Zero mengungkapkan, bahwa hasil tes IQ hanya mempunyai kontribusi sebanyak 25% terhadap kemampuan seseorang, dan untuk prestasi belajar si kecil hanya memiliki kontribusi sebesar 30%. Bahkan, Gardner juga menuturkan bahwa selama ini para pendidik telah melakukan kekeliruan karena menganggap tes IQ adalah satu-satunya ukuran yang dapat dijadikan patokan untuk mengukur kecerdasaan seseorang.
Walaupun menimbulkan pro dan kontra para ahli, tes IQ tetaplah penting untuk membantu orangtua dalam mengenal kelebihan dan kekurangan si kecil. Sehingga orang tua bisa memberikan stimulasi yang tepat untuk meningkatkan kecerdasannya. Yang lebih penting dari itu, setelah mengetahui hasil dari tes, orang tua jadi tidak bisa memaksakan kehendak dan cita-citanya kepada si anak. Sebaliknya, orang tua jadi lebih mendukung cita-cita anaknya.
Ditinjau oleh: dr. Rahajeng A.P, dokter umum (tim Meet Doctor)