Tentunya Ibu tahu, dong, apa itu imunisasi? Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan primer terhadap beberapa penyakit. Selain untuk kesehatan anak, imunisasi pun bisa diperuntukan bagi orang dewasa. Pencegahan dengan imunisasi dimaksudkan untuk menghindari terjadinya sakit, atau kejadian yang dapat mengakibatkan seseorang sakit, cedera ataupun cacat. Menurut dr. Rahajeng A.P dari meetdoctor.com, sebaiknya bayi yang baru lahir sudah harus diberikan imunisasi sesuai jadwal imunisasi. Hal tersebut penting dilakukan untuk menjaga kesehatan bayi yang masih belum terbentuk sempurna sistem imun tubuhnya.
Selain memberikan makanan yang sehat dan bergizi untuk anak, ibu juga harus memperhatikan jadwal imunisasi si kecil untuk menghindari ada jadwal imunisasi yang terlewat. Dalam pemberian vaksin, jenis dan jadwal imunisasi merupakan dua hal yang penting karena hal tersebut akan memberikan ketahanan tubuh dalam melawan berbagai penyakit. Nah, beberapa jenis vaksin yang diwajibkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) adalah sebagai berikut:
- Vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG)
Imunisasi BCG merupakan jenis vaksin yang dibuat dari bakteri Mycobacterium Bovis hidup yang telah dilemahkan. Nah, imunisasi BCG ini diberikan untuk si kecil sebagai perlindungan terhadap infeksi tuberculosis (TBC). Imunisasi BCG dapat mencegah terjadinya TBC serta beberapa komplikasinya. Pemberian imunisasi BCG diberikan hanya sekali saat si kecil belum berusia 3 bulan.
- Vaksin Hepatitis B
Vaksin jenis ini diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat si kecil baru lahir, berusia 1 bulan, dan terakhir saat anak berusia 3 sampai 6 bulan. Jika Ibu lupa memberikan vaksin hepatitis B ini hingga si kecil berusia 5 tahun, ada baiknya Ibu segera menjadwalkan kembali pemberian 3 kali vaksin.
- Vaksin Polio
Vaksin polio merupakan salah satu vaksin wajib yang disarankan oleh World Health Organization (WHO) karena dapat menghindari si kecil dari virus polio yang dapat mengakibatkan kelumpuhan. Imunisasi polio biasanya diberikan saat anak berusia 0, 2, 4, 6, 18 bulan, 5 tahun, hingga usia 12 tahun.
- Vaksin Difteri Pertusis Tetanus (DPT)
Imunisasi DPT merupakan suatu vaksin yang yang disebut 3in1 yang diberikan untuk melindungi si kecil dari penyakit Difteri, Tetanus, dan Pertusis. Untuk jadwal imunisasinya sendiri diberikan saat anak berusia 2, 4, 6, 18 bulan, 5 tahun, hingga usia 12 tahun. Namun, pada beberapa kondisi, setelah pemberian vaksin DPT dapat terjadi demam pada beberapa anak. Oleh karena itu, biasanya setelah pemberian vaksin ini orangtua akan diberikan obat penurun panas jika si kecil demam.
- Vaksin Campak
Imunisasi campak biasanya diberikan pada anak yang berusia 9 bulan hingga mencapai usia 6 tahun. Imunisasi campak ini diberikan untuk mencegah anak dari penyakit campak (measles atau morbili).
Nah, dari beberapa jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah, terdapat pula beberapa jenis vaksin yang juga sebaiknya diberikan pada si kecil, di antaranya:
- Vaksin HIB atau Haemophilus Influenzae tipe B. Vaksin jenis ini sangat dianjurkan untuk anak di negara tropis seperti Indonesia untuk mencegah penyakit meningitis (radang selaput otak).
- Vaksin pneumococcus atau PCV untuk mencegah penyakit meningitis, pneumonia dan infeksi telinga.
- Vaksin influenza, yang sebaiknya di berikan setiap tahun untuk menghindari dari penyakit Influenza
- Vaksin MMR (measles, mumps, and rubella), vaksin ini diberikan saat si kecil berusia 15-18 bulan dengan jarak 6 bulan setelah imunisasi campak. Vaksin MMR dapat membantu melindungi tubuh dari penyakit gondok, campak dan rubella (campak jerman).
- Vaksin tifoid yang berguna untuk mencegah anak dari penyakit tifoid.
- Vaksin variela, untuk mencegah penyakit cacar air yang diberikan saat anak usia 5 tahun
- Vaksin HPV, diberikan pada anak perempuan saat anak berusia lebih dari 10 tahun dan diberikan sebanyak 3 kali. Vaksin ini untuk melindungi tubuh dari virus HPV yang menyebabkan kanker mulut rahim.
Nah, seperti umumnya obat lainnya, vaksin pun memiliki kemungkinan terjadinya risiko alergi. Akan tetapi, risiko dari alergi yang serius sangat jarang terjadi. Jadi, manfaat imunisasi lebih banyak ketimbang efek sampingnya ya, Bu.
Vaksin yang diberikan termasuk aman, kok Bu, karena telah menjalani uji keamanan yang ketat sebelum disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA). Tidak hanya itu, vaksin juga akan terus dipantau keamanannya sehingga tidak berbahaya bagi si kecil. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pada beberapa kasus efek samping memang sering terjadi. Akan tetapi, efek samping bisa bervariasi sesuai dengan jenis vaksin dan tergantung kondisi tubuh si anak. Nah, beberapa efek samping yang umum terjadi adalah:
- Nyeri, kemerahan, bengkak karena suntikan
- Kelelahan
- Sakit kepala
- Gatal di tempat suntikan
- Mual
- Pusing dan pingsan
- Sakit demam
- Ruam ringan
Sedangkan efek samping yang dapat dikatakan berat, meliputi:
- Demam tinggi
- Perubahan perilaku
- Kelelahan parah
- Kesulitan bernafas
- Suara serak atau mengi
- Gatal-gatal
- Pucat
- Detak jantung cepat atau pusing
Bila si kecil mengalami efek samping yang berat, ibu dapat segera menghubungi dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Selain itu, terdapat pula reaksi simpang yang dikenal sebagai Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events Following Immunization (AEFI). KIPI adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi, baik berupa efek vaksin ataupun efek samping, reaksi sensitivitas, reaksi suntikan, atau reaksi lainnya setelah terjadinya vaksinasi. Untuk mengetahui apakah terjadi KIPI atau tidak, biasanya diperlukan pencatatan dan pelaporan semua reaksi setelah imunisasi.
Tujuan utama dari KIPI adalah untuk mendeteksi secara dini kejadian setelah imunisasi. Selain itu, dengan adanya KIPI kita dapat mengurangi dampak negatif imunisasi terhadap kesehatan individu dan program imunisasi. Berikut beberapa kegiatan yang termasuk dalam KIPI:
- Menemukan kasus, melacak kasus, menganalisis kejadian, menindaklanjuti kasus, serta melaporkan dan mengevaluasi kasus imunisasi.
- Memperkirakan angka kejadian KIPI pada suatu populasi.
- Mengidentifikasi peningkatan rasio KIPI yang tidak wajar pada merek vaksin tertentu.
- Mendeteksi, memperbaiki, dan mencegah kesalahan saat program imunisasi.
- Memberikan respon yang cepat kepada masyarakat tentang keamanan imunisasi dan tentang adanya risiko imunisasi.
Penanggulangan KIPI adalah suatu kegiatan yang komprehensif yang meliputi penanganan medis terhadap kasus KIPI. Selain itu, hal ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat, keamanan, dan risiko dari imunisasi tersebut. Nah, selain mengingat jadwal imunisasi si kecil, Ibupun harus memantau apa saja efek samping dari imunisasi yang diberikan kepada anak. (DV)
Ditinjau oleh: dr. Rahajeng A.P, dokter umum (tim Meet Doctor)