


Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berusaha berkomunikasi. Bahkan
sejak lahir pun bayi berusaha berkomunikasi melalui tangisnya. Beberapa bulan
kemudian, si kecil mulai mengoceh dan mengucapkan beberapa suku kata tunggal,
walaupun tanpa arti tertentu. Kemudian biasanya ketika si kecil mencapai usia
9-12 bulan, dia akan mulai mengucapkan kata pertamanya. Rasa bahagia dan haru
yang Ibu rasakan saat hal itu terjadi pasti tak tergambarkan. Apalagi banyak
anak yang mengucapkan kata mama sebagai kata pertamanya.
Kemampuan berbahasa memiliki asosiasi dengan kemampuan untuk membaca,
menulis, dan kemampuan interpersonal, baik di masa kanak-kanak maupun dewasa.
Seperti tahap tumbuh kembang anak lainnya, kemampuan bicara anak membutuhkan
stimulasi yang baik agar bisa berjalan dengan optimal.
Cara Mengajari Anak Bicara
dengan Stimulasi
Berikut ini adalah beberapa stimulasi yang bisa Ibu lakukan untuk mengajari
anak bicara:
1. Ajak anak berbicara
Mendengarkan orang berbicara akan mengaktifkan otak bayi yang digunakan
untuk merespon pembicaraan. Hal ini juga terjadi pada bayi yang belum bisa
berbicara. Karena itu, ajak si kecil berbicara tentang hal apapun. Misalnya,
ketika Ibu sedang memandikan si kecil, Ibu bisa berbicara, Sekarang mandi
dulu, ya. Wah, airnya hangat, ya? Gunakan kalimat yang sederhana dan usahakan
untuk melakukan kontak mata dengan si kecil saat Ibu sedang berbicara
dengannya.
2. Gunakan bahasa dan kata
yang jelas
Kadang-kadang, saat berbicara dengan anak kecil, kita akan berbicara
dengan bahasa bayi alias bahasa dengan kata yang dicadel-cadelkan seperti
gaya bicara anak kecil. Hindari kebiasaan ini saat berbicara dengan si kecil, ya
Bu. Berbicaralah dengan bahasa dan kata yang benar saat mengajari anak bicara.
Setiap kata yang Ibu ucapkan dan didengar si kecil akan ditiru si kecil saat
dia belajar berbicara.
3. Bicara pada bayi dengan
suara yang lembut
Walaupun bayi belum bisa berbicara, tapi dia memahami intonasi kata-kata
yang Ibu katakan kepadanya. Dia bahkan memahami ketika Ibu merasa senang,
marah, atau sedih. Karena itu, saat Ibu sedang berbicara dengan si kecil,
gunakanlah suara yang lembut. Bayi juga tentu lebih suka mendengar suara Ibu
yang lembut, kan?
4. Perdengarkan musik pada
bayi
Menurut penelitian yang dilakukan Institute for Learning & Brain
Sciences, University of Washington, perkembangan kemampuan persepsi, termasuk
kemampuan yang membantu anak untuk belajar berbicara, bisa distimulasi dengan
memperdengarkan musik pada bayi berusia 9 bulan. Pola ritme musik yang didengar
bayi akan meningkatkan kemampuan bayi untuk menangkap dan memprediksi pola
ritme pada percakapan sehari-hari, seperti pengejaan suku kata yang diperlukan
untuk membantu pemaknaan setiap kata yang diucapkan. Jadi, ayo perdengarkan
musik pada si kecil. Jenis musik apapun bisa Ibu perdengarkan pada si kecil,
karena yang berdampak pada otak bayi bukanlah jenis musiknya, melainkan pola
suara pada musik yang membantu si kecil belajar mengenali pola.
5. Beri stimulasi sambil
bermain
Stimulasi akan lebih diterima anak bila dia melakukannya dalam keadaan
senang. Karena itu, Ibu bisa memberi stimulasi saat bermain dengan si kecil.
Misalnya, Ibu bisa mengajak si kecil berjalan-jalan sambil mengajak si kecil
berbicara dan menyebutkan berbagai hal yang Ibu dan si kecil jumpai, misalnya
nama-nama benda, hewan, dll. Ibu juga bisa mengajak si kecil bersosialisasi
dengan anak lain seumurnya. Interaksi dengan orang lain membantu mendorong si
kecil untuk belajar berbicara.
6. Bacakan cerita pada si
kecil
Membacakan cerita untuk si kecil merupakan stimulasi bagi perkembangan
otak serta kemampuan bicara si kecil. Hal ini juga membantu meningkatkan
kosakata anak. Ibu juga mengajak si kecil melihat gambar pada buku cerita
tersebut dan menyebutkan nama benda-benda yang dilihat pada gambar tersebut.
Beberapa Tahap Tumbuh
Kembang Anak
Stimulasi-stimulasi yang disebutkan di atas bisa Ibu berikan pada si
kecil sejak dia masih bayi. Namun selain memberikan stimulasi, Ibu juga harus
mengenali gejala yang bisa menjadi masalah kesehatan atau masalah keterlambatan
bicara. Berikut ini adalah beberapa tahap tumbuh kembang anak sesuai usianya
yang bisa menjadi patokan Ibu dalam mewaspadai gejala keterlambatan bicara pada
anak:
1.
Usia 0-6 bulan
Waspadai jika si kecil tidak menoleh ataupun bereaksi apapun saat
namanya dipanggil. Ibu juga perlu waspada bila si kecil tidak menoleh atau
bereaksi bila mendengar suara lain, seperti suara mainan, suara orang, dll.
Selain itu, hingga usia 6 bulan, anak biasanya sudah bisa mengoceh atau
mengucapkan suku kata tunggal.
2.
Usia 6-12 bulan
Pada rentang usia ini, bayi seharusnya sudah bisa menggunakan isyarat
untuk mengkomunikasikan keinginannya, misalnya dengan cara menunjuk atau
melambai. Waspadai bila Ibu merasa anak Ibu tidak menggunakan jari untuk
menunjuk dan kurang memiliki ekspresi wajah pada usia ini.
3.
Usia 12-24 bulan
Bayi umumnya sudah bisa mengucapkan beberapa kata yang memiliki arti dan
mampu menjawab dengan anggukan atau gelengan kepala bila diberi pertanyaan atau
perintah sederhana. Bila hingga usia ini si kecil sama sekali belum mengucapkan
kata yang berarti, ini adalah salah satu gejala keterlambatan bicara.
4.
Usia 2-3 tahun
Memasuki usia 2 tahun,
sekitar 50% perkataan anak sudah dapat dimengerti orang lain. Ibu perlu waspada
bila pada usia ini si kecil belum bisa mengucapkan 2-3 kata yang dapat Ibu
pahami. Lalu pada usia 3 tahun, si kecil biasanya sudah mulai berbicara
menggunakan kalimat tanya, menyebutkan nama benda, mengenal warna, dan
bernyanyi.
5. Usia
3-5 tahun
Anak sudah bisa melakukan percakapan dengan kalimat lebih dari 4 kata.
Dia sudah bisa bercerita dengan lancar dan cukup rinci, serta mampu menyebutkan
nama, umur, dan jenis kelaminnya. Ibu perlu waspada bila pada usia ini si kecil
belum memiliki inisiatif untuk berbicara secara spontan dan belum memahami
perintah sederhana. Intonasi anak yang tidak biasa saat bersuara (seperti suara
sengau) juga perlu Ibu perhatikan.
Kemampuan bicara dibutuhkan untuk berkomunikasi, suatu proses yang
penting dalam kehidupan sehari-hari. Bila tidak segera ditangani, masalah
keterlambatan bicara yang ringan bisa berkembang menjadi masalah yang lebih
berat, seperti masalah kesulitan belajar. Gangguan bicara juga bisa menjadi
gejala dari masalah kesehatan lain, seperti masalah menelan makanan, Attention Deficit Disorder (ADD), Autism Spectrum Disorder (ASD), dan
masalah lain.
Masalah keterlambatan bicara bisa disebabkan oleh berbagai faktor, di
antaranya gangguan pendengaran, gangguan otak, gangguan artikulasi atau
gangguan pada organ mulut, dan gangguan otak seperti retardasi mental, dll.
Diagnosa keterlambatan bicara hanya bisa didapatkan melalui pemeriksaan yang
menyeluruh, bahkan kadang membutuhkan pemeriksaan oleh dokter anak, dokter THT,
hingga psikolog anak. Jadi, kalau Ibu merasa si kecil mengalami keterlambatan
perkembangan kemampuan bicara sesuai tahapan yang sudah dijelaskan di atas,
atau bahkan kemampuan bicara dan sosial anak mengalami kemunduran, segeralah
berkonsultasi dengan dokter anak.
Kemampuan bicara merupakan salah satu kemampuan
anak yang bisa distimulasi sejak dini dengan cara yang sederhana. Enam cara
mengajari anak bicara di atas bisa Ibu coba pada si kecil, ya. Yuk, ngobrol
dengan si kecil!








