Momen ketika si kecil mulai berbicara tentu menjadi momen yang berharga ya, Bu. Ketahui 6 cara mengajari si kecil berbicara untuk mendukung tumbuh kembangnya.

6 Cara Mengajari Anak Berbicara

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berusaha berkomunikasi. Bahkan sejak lahir pun bayi berusaha berkomunikasi melalui tangisnya. Beberapa bulan kemudian, si kecil mulai mengoceh dan mengucapkan beberapa suku kata tunggal, walaupun tanpa arti tertentu. Kemudian biasanya ketika si kecil mencapai usia 9-12 bulan, dia akan mulai mengucapkan kata pertamanya. Rasa bahagia dan haru yang Ibu rasakan saat hal itu terjadi pasti tak tergambarkan. Apalagi banyak anak yang mengucapkan kata “mama” sebagai kata pertamanya.

Kemampuan berbahasa memiliki asosiasi dengan kemampuan untuk membaca, menulis, dan kemampuan interpersonal, baik di masa kanak-kanak maupun dewasa. Seperti tahap tumbuh kembang anak lainnya, kemampuan bicara anak membutuhkan stimulasi yang baik agar bisa berjalan dengan optimal.

 

Cara Mengajari Anak Bicara dengan Stimulasi

 

Berikut ini adalah beberapa stimulasi yang bisa Ibu lakukan untuk mengajari anak bicara:

1. Ajak anak berbicara

Mendengarkan orang berbicara akan mengaktifkan otak bayi yang digunakan untuk merespon pembicaraan. Hal ini juga terjadi pada bayi yang belum bisa berbicara. Karena itu, ajak si kecil berbicara tentang hal apapun. Misalnya, ketika Ibu sedang memandikan si kecil, Ibu bisa berbicara, “Sekarang mandi dulu, ya. Wah, airnya hangat, ya?“ Gunakan kalimat yang sederhana dan usahakan untuk melakukan kontak mata dengan si kecil saat Ibu sedang berbicara dengannya.

 

2. Gunakan bahasa dan kata yang jelas

Kadang-kadang, saat berbicara dengan anak kecil, kita akan berbicara dengan ‘bahasa bayi‘ alias bahasa dengan kata yang dicadel-cadelkan seperti gaya bicara anak kecil. Hindari kebiasaan ini saat berbicara dengan si kecil, ya Bu. Berbicaralah dengan bahasa dan kata yang benar saat mengajari anak bicara. Setiap kata yang Ibu ucapkan dan didengar si kecil akan ditiru si kecil saat dia belajar berbicara.

 

3. Bicara pada bayi dengan suara yang lembut

Walaupun bayi belum bisa berbicara, tapi dia memahami intonasi kata-kata yang Ibu katakan kepadanya. Dia bahkan memahami ketika Ibu merasa senang, marah, atau sedih. Karena itu, saat Ibu sedang berbicara dengan si kecil, gunakanlah suara yang lembut. Bayi juga tentu lebih suka mendengar suara Ibu yang lembut, kan?

 

4. Perdengarkan musik pada bayi

Menurut penelitian yang dilakukan Institute for Learning & Brain Sciences, University of Washington, perkembangan kemampuan persepsi, termasuk kemampuan yang membantu anak untuk belajar berbicara, bisa distimulasi dengan memperdengarkan musik pada bayi berusia 9 bulan. Pola ritme musik yang didengar bayi akan meningkatkan kemampuan bayi untuk menangkap dan memprediksi pola ritme pada percakapan sehari-hari, seperti pengejaan suku kata yang diperlukan untuk membantu pemaknaan setiap kata yang diucapkan. Jadi, ayo perdengarkan musik pada si kecil. Jenis musik apapun bisa Ibu perdengarkan pada si kecil, karena yang berdampak pada otak bayi bukanlah jenis musiknya, melainkan pola suara pada musik yang membantu si kecil belajar mengenali pola.

 

5. Beri stimulasi sambil bermain

Stimulasi akan lebih diterima anak bila dia melakukannya dalam keadaan senang. Karena itu, Ibu bisa memberi stimulasi saat bermain dengan si kecil. Misalnya, Ibu bisa mengajak si kecil berjalan-jalan sambil mengajak si kecil berbicara dan menyebutkan berbagai hal yang Ibu dan si kecil jumpai, misalnya nama-nama benda, hewan, dll. Ibu juga bisa mengajak si kecil bersosialisasi dengan anak lain seumurnya. Interaksi dengan orang lain membantu mendorong si kecil untuk belajar berbicara.

 

6. Bacakan cerita pada si kecil

Membacakan cerita untuk si kecil merupakan stimulasi bagi perkembangan otak serta kemampuan bicara si kecil. Hal ini juga membantu meningkatkan kosakata anak. Ibu juga mengajak si kecil melihat gambar pada buku cerita tersebut dan menyebutkan nama benda-benda yang dilihat pada gambar tersebut.

 

Beberapa Tahap Tumbuh Kembang Anak

Stimulasi-stimulasi yang disebutkan di atas bisa Ibu berikan pada si kecil sejak dia masih bayi. Namun selain memberikan stimulasi, Ibu juga harus mengenali gejala yang bisa menjadi masalah kesehatan atau masalah keterlambatan bicara. Berikut ini adalah beberapa tahap tumbuh kembang anak sesuai usianya yang bisa menjadi patokan Ibu dalam mewaspadai gejala keterlambatan bicara pada anak:

 

1.      Usia 0-6 bulan

Waspadai jika si kecil tidak menoleh ataupun bereaksi apapun saat namanya dipanggil. Ibu juga perlu waspada bila si kecil tidak menoleh atau bereaksi bila mendengar suara lain, seperti suara mainan, suara orang, dll. Selain itu, hingga usia 6 bulan, anak biasanya sudah bisa mengoceh atau mengucapkan suku kata tunggal.

2.      Usia 6-12 bulan

Pada rentang usia ini, bayi seharusnya sudah bisa menggunakan isyarat untuk mengkomunikasikan keinginannya, misalnya dengan cara menunjuk atau melambai. Waspadai bila Ibu merasa anak Ibu tidak menggunakan jari untuk menunjuk dan kurang memiliki ekspresi wajah pada usia ini.

3.      Usia 12-24 bulan

Bayi umumnya sudah bisa mengucapkan beberapa kata yang memiliki arti dan mampu menjawab dengan anggukan atau gelengan kepala bila diberi pertanyaan atau perintah sederhana. Bila hingga usia ini si kecil sama sekali belum mengucapkan kata yang berarti, ini adalah salah satu gejala keterlambatan bicara.

4.      Usia 2-3 tahun

Memasuki usia 2 tahun, sekitar 50% perkataan anak sudah dapat dimengerti orang lain. Ibu perlu waspada bila pada usia ini si kecil belum bisa mengucapkan 2-3 kata yang dapat Ibu pahami. Lalu pada usia 3 tahun, si kecil biasanya sudah mulai berbicara menggunakan kalimat tanya, menyebutkan nama benda, mengenal warna, dan bernyanyi.

5.      Usia 3-5 tahun

Anak sudah bisa melakukan percakapan dengan kalimat lebih dari 4 kata. Dia sudah bisa bercerita dengan lancar dan cukup rinci, serta mampu menyebutkan nama, umur, dan jenis kelaminnya. Ibu perlu waspada bila pada usia ini si kecil belum memiliki inisiatif untuk berbicara secara spontan dan belum memahami perintah sederhana. Intonasi anak yang tidak biasa saat bersuara (seperti suara sengau) juga perlu Ibu perhatikan.

 

Kemampuan bicara dibutuhkan untuk berkomunikasi, suatu proses yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Bila tidak segera ditangani, masalah keterlambatan bicara yang ringan bisa berkembang menjadi masalah yang lebih berat, seperti masalah kesulitan belajar. Gangguan bicara juga bisa menjadi gejala dari masalah kesehatan lain, seperti masalah menelan makanan, Attention Deficit Disorder (ADD), Autism Spectrum Disorder (ASD), dan masalah lain.

Masalah keterlambatan bicara bisa disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya gangguan pendengaran, gangguan otak, gangguan artikulasi atau gangguan pada organ mulut, dan gangguan otak seperti retardasi mental, dll. Diagnosa keterlambatan bicara hanya bisa didapatkan melalui pemeriksaan yang menyeluruh, bahkan kadang membutuhkan pemeriksaan oleh dokter anak, dokter THT, hingga psikolog anak. Jadi, kalau Ibu merasa si kecil mengalami keterlambatan perkembangan kemampuan bicara sesuai tahapan yang sudah dijelaskan di atas, atau bahkan kemampuan bicara dan sosial anak mengalami kemunduran, segeralah berkonsultasi dengan dokter anak.

Kemampuan bicara merupakan salah satu kemampuan anak yang bisa distimulasi sejak dini dengan cara yang sederhana. Enam cara mengajari anak bicara di atas bisa Ibu coba pada si kecil, ya. Yuk, ngobrol dengan si kecil!

Artikel Seru dan Bermanfaat Lainnya