Membatasi anak makan junk food dan makanan manis memang tidak mudah ya, Bu, apalagi jika lidah si kecil sudah terbiasa dengan makanan manis dan junk food. Pasalnya, makanan ini kerap dijadikan iming-iming orang tua bila anak susah makan. Satu dua kali sih boleh saja dilakukan sebagai menu makanan alternatif untuk mengatasi anak susah makan. Namun, bila sering dilakukan, tidak baik bagi tumbuh kembang anak lo, Bu.
Kecenderungan anak menyukai junk food dan makanan manis dibanding menu sehat dan makanan bergizi dikarenakan makanan tersebut lebih menarik secara tampilan dan rasanya pun dianggap lebih enak di lidah anak-anak. Hal ini tentunya menjadi bumerang bagi tumbuh kembang si kecil, karena sedikitnya kadar nutrisi di dalam junk food serta makanan manis. Tidak hanya kadar nutrisinya saja yang sangat terbatas, berbagai jenis makanan ini juga dipenuhi lemak yang tidak sehat dan kalori yang menjadi penyebab rusaknya gigi anak dan obesitas. Anak yang memiliki berat badan berlebihan adalah salah satu indikasi terjadinya gizi buruk dan kurangnya asupan menu sehat, Bu.
Tidak hanya tingginya kadar lemak tersaturasi dan lemak trans, junk food dan makanan manis juga mengandung banyak sodium. Jika anak Anda mengonsumsi junk food dan makanan manis lebih dari satu porsi, kadar sodium dan kalori yang menumpuk dalam tubuhnya sudah melebihi asupan nutrisi ideal per hari yang diperlukan anak, kata dr. Aria Wibowo dari meetdoctor.com. Ditambahkan dr. Aria, akibat dari kelebihan kalori ini, obesitas pun rentan terjadi, yang dalam jangka waktu panjang dapat menjadi penyakit serius seperti jantung dan diabetes.
Selain itu, Bu, kadar sodium yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah tinggi, bahkan meski usia anak masih muda. Tekanan darah tinggi memicu timbulnya penyakit jantung sejak muda, bahkan stroke.
Selain jantung, diabetes dan stroke, gigi anak pun terancam ketahanannya. Junk food dan makanan manis yang menempel di gigi memicu bakteri untuk memproduksi asam pada gigi yang mengikis enamel atau lapisan terluar gigi, ungkap dr. Aria. Ditambahkan dr. Aria, bakteri dalam mulut akan bereaksi setiap kali berinteraksi dengan gula atau zat tepung, dan asam yang dihasilkan dari interaksi ini berlanjut menyerang gigi. Bagi gigi anak yang masih dalam pertumbuhan, hal ini dapat menghalangi pertumbuhan sempurna gigi anak lo, Bu.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan di tahun 2011 berjudul Journal of Epidemiology and Community Health, konsumsi junk food dan makanan manis berlebih pada anak juga dapat membuat IQ atau level kecerdasan anak menjadi lebih terbatas daripada anak lain yang mengonsumsi makanan bergizi dan sehari-harinya melakukan hidup sehat. Meski hanya berbeda sekitar lima poin saja, namun hal ini membuat anak harus lebih berjuang dalam hal kemampuan kognitif dan pendidikan.
Ini dia beberapa cara untuk menyeimbangkan menu sehat serta mengurangi kebiasaan makan makanan manis dan junk food pada anak, Bu:
- Hindari konsumsi minum minuman manis seperti minuman berkarbonasi, minuman berenergi atau jus buah kemasan dengan tambahan gula. Meski terlihat sepele, namun jenis minuman dengan pemanis tambahan ini mengandung 5 gram gula dalam setiap satu sendok teh. Karena berbentuk cair, tubuh pun menerima kalori dalam cara yang berbeda sehingga tubuh tetap merasa lapar meski sudah menerima kalori lo, Bu.
- Ibu harus konsisten memberikan anak menu makanan sehat sejak dini. Dengan demikian, Ibu membangun kebiasaan untuk tidak memakan manis dan makanan olahan, semacam junk food pada anak. Ganti gula dengan pemberi rasa manis alami seperti madu dan sirup cokelat. Selalu cek pula kadar gula dalam makanan kemasan yang hendak Ibu berikan pada anak. Pilih kadar gula dan kalori yang paling rendah ya, Bu.
- Mungkin Ibu tidak bisa mengontrol apa yang anak makan di luar rumah, apakah yang dimakan anak itu menu sehat atau tidak. Namun, untuk menyiasatinya, Ibu dapat maksimalkan makanan yang diterima anak di rumah dengan makanan bergizi buatan Ibu yang sama enak dan menariknya dengan makanan di luar. Untuk makanan manis, Ibu dapat membuat es buah atau memberikan anak cokelat hitam yang agak pahit namun tetap terasa enak. Trik ini dapat membantu anak, terutama bagi anak susah makan.
- Jangan melarang anak secara terang-terangan untuk tidak memakan junk food dan makanan manis ya, Bu. Jika Ibu melarangnya, anak-anak cenderung akan semakin menginginkannya. Bersikaplah netral dengan tidak marah atau sibuk memperingatkan anak soal junk food dan makanan manis secara berlebihan. Beritahukan dengan tenang dalam bahasa yang mudah dimengerti anak agar tidak memakan makanan manis maupun junk food sebelum jam makan utama berlalu. Mintalah makanannya untuk disimpan terlebih dahulu dan dinikmati setelah dia mengonsumsi menu sehat yang ibu siapkan.
- Sajikan menu makanan sehat, berdampingan dengan makanan manis atau junk food sebagai makanan penutup. Menurut dr. Katja Rowell, ahli pola makan dari Family Feeding Dynamics, makanan manis dan junk food yang disajikan bersamaan, dapat memicu anak memilih memakan makanan utama terlebih dahulu, yang pastinya lebih bergizi, sebelum menikmati makanan penutup.
- Sekali-kali, biarkan si kecil memuaskan dirinya makan junk food dan makanan manis ya, Bu. Dengan ini, anak akan merasa memegang kendali. Kepercayaan seperti ini membuat anak bisa memutuskan kapan sebaiknya berhenti. Hal ini sesuai dengan saran dari ahli pola makan Ellyn Satter. Sarannya, ajak anak duduk di meja makan untuk sama-sama menikmati makanan tersebut, hingga anak mengatakan sudah cukup.
- Jangan menjelek-jelekkan makanan manis dan junk food, Bu. Katakan dan jelaskan saja pada si kecil bahwa ada jenis makanan lain yang bisa membuatnya hidup sehat sehingga bebas bermain tanpa terganggu sakit, yang harus dikonsumsi lebih banyak dan lebih sering. Ahli diet anak Angela Lemond, RD menyatakan bahwa orangtua dapat menjelaskan bahwa junk food dan makanan manis dapat menurunkan kekuatan super jika dikonsumsi terlalu banyak, berbeda dengan makanan rumahan yang merupakan makanan bergizi. Agar senada, pastikan di sekitar anak lebih banyak tersedia menu makanan sehat dan segar seperti buah.
- Cara lain, Ibu juga dapat mengajarkan pada anak aturan makan 90/10 yang dipraktikkan oleh spesialis nutrisi anak Jill Castle, MS, RD. Beritahukan kepada anak bahwa 90 persen dari makanan harian anak akan berdampak bagi tubuh anak, sementara 10 persen sisanya hanya bersifat sebagai pemenuhan keinginan saja. Dengan ini, si kecilpun sadar akan pentingnya makanan bergizi dan ia dapat ikut terlibat dalam memilih secara bijaksana.
- Si kecil suka makan semua makanan yang ada di depan matanya, Bu? Beritahu ia bahwa ia tidak perlu makan hanya karena ada makanan tersedia saat ia tidak merasa lapar. Beritahukan bahwa anak tidak perlu memakan makanan pencuci mulut walaupun sudah kenyang.
Pada kesimpulannya, Bu, anak yang mengerti bahwa dirinya bisa memilih antara mengonsumsi makanan sehat dan makanan manis maupun junk food, akan lebih bijaksana dalam memilih dan menjaga kesehatan berdasarkan kesadaran pribadinya. Jangan hanya menetapkan aturan belaka, karena saat orang tua tidak mendampingi anak, anak harus membuat keputusannya sendiri. Si kecil harus bisa memilih antara makanan bergizi atau tidak ya, Bu.
Ditinjau oleh: dr. Aria Wibowo, dokter umum (tim Meet Doctor)